Jakarta, Infobombana. id – Bupati Bombana, Sulawesi Tenggara, Ir. H. Burhanuddin, M. Si, membawa langsung suara petani daerahnya ke tingkat nasional. Dalam audiensi resmi dengan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, ia menekankan tiga isu strategis yang dinilai mendesak, yakni hilirisasi kelapa, optimalisasi lahan sawah, dan kepastian serapan gabah oleh Bulog.
Bupati Burhanuddin menegaskan, meski Bombana dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Sulawesi Tenggara, potensi besar itu belum memberi nilai maksimal bagi petani.
“Kabupaten Bombana memiliki potensi kelapa yang sangat besar, tapi selama ini hanya keluar dalam bentuk bahan mentah. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah pusat agar bisa menghadirkan industri pengolahan kelapa di daerah,” ujarnya di Jakarta, Senin (22/9/2025).
Menurut Burhanuddin, hilirisasi menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah produk kelapa sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Ia menilai absennya industri pengolahan membuat ekonomi daerah kehilangan peluang besar.

Selain kelapa, ia juga menyoroti pemanfaatan 13 ribu hektar lahan sawah di Bombana yang masih rendah. “Dari total 13 ribu hektar sawah, baru 20 persen yang dimanfaatkan. Kami butuh dukungan penuh agar produktivitas pertanian bisa maksimal,” kata Burhanuddin.
Ia menyebutkan, dukungan infrastruktur seperti irigasi, alat mesin pertanian, hingga akses benih unggul dan pupuk bersubsidi menjadi kebutuhan mendesak untuk menjadikan Bombana sebagai pusat produksi pangan.
Isu ketiga yang mencuat adalah keresahan petani akibat kebijakan Bulog. Ia melaporkan, gabah petani tak lagi terserap karena alasan kuota penuh. Akibatnya, harga gabah di tingkat petani berfluktuasi dan cenderung merosot.
“Petani kita, khususnya petani sawah, saat ini sedang mengeluh karena Bulog sudah tidak lagi membeli gabah akibat kuotanya habis. Akibatnya, harga gabah di tingkat petani mulai berfluktuasi. Kami berharap pemerintah pusat bisa segera mencarikan solusi agar hasil panen petani kita tetap terserap dengan baik,” tutur Burhanuddin.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan Bulog tetap berkewajiban membeli gabah petani tanpa batasan kuota. Ia menekankan pentingnya komunikasi yang intensif antara pemerintah daerah dengan Kementan.
“Memang karena semangat kerja, tidak ada istilah kuota habis, harus jalan terus. Kalau perlu menyurat lagi,” kata Menteri Pertanian.
Audiensi ini menjadi momentum penting bagi Bombana untuk memperkuat posisi sektor pertanian di mata pemerintah pusat. Tiga isu yang dibawa Burhanuddin menggambarkan tantangan mendasar: hilangnya nilai tambah komoditas, minimnya pemanfaatan lahan, dan ketidakpastian harga hasil panen.
Dengan komitmen pemerintah pusat, petani Bombana berharap perhatian itu tidak berhenti pada janji, melainkan terwujud dalam kebijakan nyata. Hilirisasi kelapa, peningkatan produktivitas lahan, serta keberlanjutan serapan gabah oleh Bulog dipandang sebagai kunci menuju kesejahteraan petani dan ketahanan pangan daerah.