Scroll untuk baca artikel
       
WisataAdvertorialHeadlineSastra

Lulo Alu dari Bombana, Simfoni Gerak yang Membius Harmoni Sultra

124
×

Lulo Alu dari Bombana, Simfoni Gerak yang Membius Harmoni Sultra

Sebarkan artikel ini

Kolaka, Infobombana. id Di tengah gegap gempita peringatan Hari Ulang Tahun ke-61 Sulawesi Tenggara, di Kabupaten Kolaka, sebuah keajaiban kecil lahir dari panggung Harmoni. Dari tanah Pulau Kabaena yang jauh, 12 insan seni dari Bombana datang membawa kisah dengan tarian tradisional Lulo Alu yang diperagakan begitu sempurna, lincah, eksotik, dan penuh makna.

Syahdan, langkah-langkah mereka menari seirama, menggetarkan hati siapa saja yang menyaksikan. Dengan kostum hijau yang memancarkan kesegaran tanah kelahiran mereka, para penari Lulo Alu melesat, meloncat, dan melompati celah-celah kayu (alu) yang beradu keras. Satu hentakan salah, maka cidera menanti. Namun mereka menari tanpa cela, begitu sempurna, seolah tubuh mereka berpadu dalam satu jiwa.

Penonton terdiam. Sebagian menahan napas, sebagian lain berpekik kagum saat nyiru dan saputangan melayang di udara, melukiskan kegembiraan masa panen yang diwariskan dari nenek moyang Tokotua. Di sisi panggung, irama gambus dan tabuhan gendang mengalun syahdu, mengalirkan semangat purba ke dalam darah para penari.

Mereka tidak hanya menari. Mereka bercerita. Tentang kerja keras, tentang syukur, tentang zaman ketika Kabaena menjadi lumbung emas beras bagi Kesultanan Buton. Tarian ini adalah warisan, doa, dan harapan yang hidup dalam setiap gerakan dan lompatan.

Bupati Bombana, Ir. H. Burhanuddin, yang menyaksikan langsung keajaiban ini, tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya. Dalam nada yang penuh bangga dan haru, ia memuji kelincahan para penari.

“Lihatlah bagaimana mereka menari, seirama, sehati. Sedikit saja ada yang salah, mereka akan cidera. Begitu pula dalam membangun daerah, hanya dengan kekompakan dan kehati-hatian, Bombana akan melompat lebih tinggi, tanpa cedera, tanpa jatuh, ” ungkap Bupati Bombana.

Kenangan manis ini mengingatkan Burhanuddin pada kunjungannya ke Kabaena beberapa waktu lalu, saat tarian Lulo Alu dipersembahkan oleh bocah-bocah kecil dengan mata berbinar. Saat itu, di hadapan lompatan-lompatan mungil dan berani, ia mengikrarkan dalam hatinya babhwa semangat Kabaena adalah semangat Bombana yang tak pernah gentar, penuh syukur, dan selamanya teguh.

Tarian Lulo Alu hari itu tidak sekadar memukau. Ia menyihir. Ia menyalakan sesuatu yang lama tersimpan dalam dada, yakni rasa bangga akan budaya sendiri, rasa syukur atas warisan leluhur.

Tarian Lulo Alu, yang dahulu lahir dari ladang dan lumbung, kini menari di atas panggung peradaban. Ia tak hanya mengingatkan pada masa lalu, tapi  menuntun langkah ke depan, bahwa dalam setiap pembangunan, seperti dalam setiap lompatan alu, yang dibutuhkan adalah kekompakan, keselarasan, dan cinta pada warisan sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!