InspirasiPendidikanSosial

Menutup 40 Hari Pengabdian, Mahasiswa Politeknik Bombana Dilepas dengan Haru dan Lulo di Watumentade

35
×

Menutup 40 Hari Pengabdian, Mahasiswa Politeknik Bombana Dilepas dengan Haru dan Lulo di Watumentade

Sebarkan artikel ini
Ketgam: Foto bersama Mahasiswa Politeknik Bombana saat penutupan program Kuliah Terapan Lapangan di Desa Watumentade, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Senin (28/7/2025)

Rumbia, Infobombana.id – Tawa dan haru menyatu dalam Malam Ramah Tamah Mahasiswa Kuliah Terapan Lapangan (KTL) Politeknik Bombana, yang digelar di Desa Watumentade. Kecamatan Rarowatu Utara, Senin (28/7/2025),

Acara yang menandai berakhirnya 40 hari masa pengabdian itu ternyata bukan sekadar seremoni, melainkan perayaan kolaborasi antara pengetahuan akademik dan kearifan lokal.

Hadir dalam acara tersebut Kepala Desa Watumentade, Bapak H. Saini R, perangkat desa, tokoh masyarakat, dosen pembimbing lapangan, serta seluruh warga yang turut memberikan dukungan selama kegiatan berlangsung.

Digelar di halaman balai desa, malam itu berubah menjadi panggung ekspresi, seperti penampilan musik akustik, menyanyi, pembacaan puisi, pemutaran video dokumenter kegiatan, hingga pemaparan Profil Desa yang disusun para mahasiswa menjadi sajian utama. Para warga, dari perangkat desa hingga anak-anak, larut dalam suasana yang mencerminkan keterikatan emosional yang telah terjalin.

Kepala Desa Watumentade, H. Saini R, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. “Kehadiran adik-adik mahasiswa sangat membantu kami, khususnya dalam program pemberdayaan masyarakat, pelatihan digital, dan kegiatan edukatif untuk anak-anak. Kami merasa kehilangan, namun semoga silaturahmi ini tetap terjaga,” ujar Saini dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan warga.

Sebagai penutup pengabdian, para mahasiswa tak hanya membawa laporan program, tapi juga meninggalkan jejak. Ada jejak pelatihan literasi digital untuk pemuda, taman baca sederhana, dan profil desa berbasis data yang bisa digunakan untuk perencanaan pembangunan.

Juz Wiwing, Koordinator KTL, menyebut masa pengabdian ini sebagai pengalaman transformasional. Kata dia, pihaknya hadir dengan membawa program, dan pulang dengan pelajaran, arti gotong royong, kerja keras, dan kehangatan kampung. Ia berharap karya-karya kecil mereka bisa berguna di masa mendatang.

“Kami banyak belajar dari masyarakat tentang arti gotong royong, kerja keras, dan kebersamaan. Semoga program-program kecil yang kami bawa bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Desa Watumentade,” kata Juz Wiwing.

Acara ditutup dengan makan malam bersama dan tarian tradisional Lulo, simbol kebersamaan yang menyatukan mahasiswa dan masyarakat dalam satu lingkaran.

Watumentade malam itu bukan hanya menjadi lokasi penutupan KTL, namun benar-benar menjadi ruang perjumpaan yang menyuburkan harapan akan kolaborasi berkelanjutan antara kampus dan desa. Suatu perpisahan yang justru membuka pintu awal, dari ruang kelas menuju ruang kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!