SastraHeadlineInspirasiPendidikanUlasan

Perjalanan 15 Wartawan Menjemput Kompetensi di Bombana

117
×

Perjalanan 15 Wartawan Menjemput Kompetensi di Bombana

Sebarkan artikel ini
Ketgam: Sebanyak 15 Jurnalis dinyatakan lulus dalam Kegiatan Uji Komprtensi Wartawan, yang dihelat Aula Dinas Kominfo Bombana, Sabtu (22/11/2025). FOTO: DOK KOMINFO

Rumbia, Infobombana.id – Di sebuah aula yang sederhana tetapi penuh gema harapan, Dinas Kominfo Bombana menjadi saksi kelahiran lima belas cerita baru. Bukan kisah perang, bukan pula roman picisan, melainkan kisah para penjelajah nurani, yakni lima belas wartawan yang sejak 19 November 2025 menapaki jalan sunyi menuju gelar “kompeten”, seperti peziarah yang mencari cahayanya sendiri.

Hari itu, angin pagi belum sepenuhnya hangat ketika para peserta memasuki ruangan pra-UKW. Satu-satunya perempuan di antara mereka duduk dengan ketenangan yang hampir menyerupai doa. Dalam sorot matanya, tersimpan harapan yang memanjang jauh, harapan seorang perempuan yang membawa beban generasinya, seakan setiap langkah yang diambilnya adalah langkah seribu perempuan lain yang pernah bermimpi menjadi jurnalis.

Empat belas lelaki lainnya hadir dengan wajah-wajah yang memantulkan kisah masing-masing. Ada yang gelisah seperti daun musim kemarau, ada yang teguh seperti karang yang menanti badai. Mereka menyatukan langkah, mengikat tekad, berharap kelak keluar sebagai wartawan yang bukan hanya diakui, tetapi juga dihormati oleh etik dan profesinya. Mereka disokong oleh  pembimbing yang tak sekedar mengajar, tetapi merawat.

Kegiatan ini digelar oleh Dewan Pimpinan Pusat-Pro Jurnalismedia Siber (DPP-PJS) bekerja sama dengan Lembaga penguji dari Kampus UPN Veteran Yogyakarta. Tiga penguji hadir sebagai penjaga standar, penjaga marwah, penjaga api profesi. Mereka adalah Dr. RR Susilastuti, M. Si, Dr. Agung Prabowo, M. Si, dan Drs. Arif Wibawa, M. Si. Tiga nama ini ialah mereka yang reputasinya berkilau di lingkaran Dewan Pers, sekaligus tiga batu uji yang menakar jati diri seorang wartawan.

Koleksi Foto UKW Pro Jurnalismedia Siber Sultra Tahun 2025

IMG-20251122-WA0062
PlayPause
previous arrow
next arrow

 

Lalu Hari-hari Berjaga Pun Dimulai

Ketika ujian resmi dimulai, waktu seolah mengental. Setiap detik menjadi beban yang menggulung-gulung seperti gelombang yang tak letih memukul tebing. Mereka menyusun narasi di lembar-lembar esai, menjawab pertanyaan logika yang menguji kejernihan pikir, menahan kritik penguji yang kadang menohok, dan menundukkan ego demi akurasi
Namun tak satu pun wajah meredup. Justru sorot mata mereka semakin berbinar. Sorot mata yang hanya dimiliki mereka yang benar-benar ingin menjadi wartawan yang beradab dan berkeadaban.

Para peserta yang memgikuti UKW kali ini adalah kalangan insan pers dari berbagai daerah di Sultra. Ada yang berasal dari Kota Kendari, ada dari Kabupaten Konawe Selatan dan para jurnalis di Kabupaten Bombana.

Hingga tiba hari terakhir. Ruangan itu tak lagi sekadar ruang ujian. ia menjelma semacam altar kecil, tempat profesi disucikan oleh kerja keras, kejujuran, dan keringat.

Dan di tengah kesyahduan itulah, sesuatu yang langka terjadi.
Sebuah momen yang membuat waktu seakan berhenti sejenak.

Mahmud Marhaba Menangis

Ketua Umum DPP-PJS, Mahmud Marhaba, yang selama ini dikenal setegar batu karang itu melebur dalam haru. Ia menunduk, suaranya tercekat, dadanya naik turun menahan letupan rasa bahagia yang tak tertampung. Air matanya mengalir bukan karena sedih, melainkan karena menyaksikan lima belas peserta yang begitu teguh, begitu tekun, hingga semuanya dinyatakan lulus. Seratus persen. Sempurna.

“Saya benar-benar terharu… kelulusan seratus persen ini jarang sekali terjadi. Bombana… kalian istimewa,” ucapnya. Suaranya menggantung di udara seperti doa yang baru saja dilepaskan dari langit-langit jiwa.

Ia mengenang perjalanan panjang itu, mulai dari keterlambatan teknis, peserta yang kritis dan tak segan bertanya, jadwal yang berkali-kali mundur, hingga kelelahan yang sesekali membayang. Semuanya mereka lewati seperti kapal kecil yang menembus gelombang demi gelombang menuju pantai yang dijanjikan.

“Kelulusan seperti ini… hanya pernah terjadi di Ambon. Dan kini di Bombana,” lanjut Mahmud, kali ini tanpa lagi berusaha menyeka air mata.

Ketika hendak meninggalkan aula, ia menoleh pada para peserta yang duduk dengan senyum yang bergetar halus. Di balik senyum itu ada rasa lega, bangga, dan sedikit kehilangan. Sebab perjalanan intens beberapa hari terakhir telah menjadikan mereka seperti keluarga kecil yang terbentuk oleh tekanan, pengorbanan, dan ketulusan yang sama.

Mahmud mengingat bagaimana semuanya bermula dari pelatihan daring, sesi diskusi yang singkat namun hangat, langkah pertama yang penuh ragu ketika pra-UKW dibuka pada 19 November lalu. Satu per satu peserta datang, membawa pertanyaan, harapan, ketakutan, bahkan mimpi yang belum berani diucapkan.

Dan akhirnya, lima belas wartawan itu berdiri sebagai generasi baru yang kompeten. Lahir bukan hanya dari ujian, tetapi dari pergulatan batin, dari kerja keras yang tak terlihat publik, dari keberanian untuk diuji dan diperbaiki.

Siang itu, langit Bombana tampak benar-benar lebih lapang dari biasanya. Seakan kota kecil ini ikut tersenyum, menyambut kelahiran lima belas cahaya baru yang akan menyalakan ruang-ruang jurnalisme di masa depan.

Sebab sesungguhnya, UKW bukan hanya sekadar ujian. Ia adalah perjalanan pulang menuju martabat seorang wartawan. Tempat seorang jurnalis kembali menemukan dirinya yang paling jujur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!