Jakarta, Infobombana. id – Semangat perjuangan R.A. Kartini terus hidup, tak hanya dalam peringatan tahunan, tetapi juga dalam gerak nyata pemberdayaan perempuan masa kini, termasuk di sektor agraria. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) melalui Direktorat Jenderal Penataan Agraria (Ditjen Pentag) menjadikan perempuan sebagai aktor utama dalam program Reforma Agraria.
Tak hanya sebagai penerima manfaat, perempuan kini didorong menjadi pelaku utama dalam pembangunan ekonomi desa. Melalui pendekatan penataan akses, Ditjen Pentag membuka jalan selebar-lebarnya bagi keterlibatan perempuan dalam mengelola sumber daya agraria demi kesejahteraan yang lebih adil dan inklusif.
“Perempuan bukan sekadar pendukung, mereka adalah motor penggerak dalam Penataan Akses Reforma Agraria. Kami membuka ruang partisipasi dan mendampingi mereka menghadapi tantangan sosial, budaya, hingga ekonomi,” ujar Dirjen Pentag, Yulia Jaya Nirmawati, pada Senin (21/4/2025).
Dalam pendekatannya, Kementerian ATR/BPN menerapkan sistem closed loop dengan menggandeng para mitra usaha (off-taker) guna mendukung pengembangan komoditas lokal unggulan. Hasilnya, para perempuan di berbagai daerah seperti Cianjur, Sukabumi, Blitar, Palu, hingga Jembrana, Bali, kini aktif mengelola pertanian, peternakan, bahkan tanah ulayat yang menjadi sumber penghasilan nyata.
Data terbaru mencatat lebih dari 76.500 perempuan atau sekitar 38 persen dari total subjek akses Reforma Agraria telah terlibat secara aktif, terutama dalam sektor produktif dan UMKM. Angka tersebut bukan sekadar statistik, melainkan gambaran perubahan nyata dalam kehidupan perempuan desa.
“Dulu saya hanya bisa membuat tikar dari pandan. Sekarang, berkat pelatihan dan pendampingan, kami bisa membuat tas dan besek yang punya nilai jual,” tutur Kadek Mariani, warga Desa Sumber Klampok, Kabupaten Buleleng, Bali, yang merasakan langsung manfaat program Reforma Agraria.
Transformasi ini menjadi bukti bahwa semangat Kartini tak hanya terpajang dalam sejarah, tapi terus menyala dalam langkah-langkah nyata pemberdayaan perempuan. Dari dapur hingga ladang, dari tikar pandan hingga produk bernilai ekspor, perempuan Indonesia terus bergerak maju, membangun ekonomi lokal dengan tangan mereka sendiri.