Scroll untuk baca artikel
       
InspirasiPendidikan

Tak Punya Uang, Bocah SD Ini Harus Duduk di Lantai Gegara SPP, Kisah Pilu yang Menggetarkan Hati

72
×

Tak Punya Uang, Bocah SD Ini Harus Duduk di Lantai Gegara SPP, Kisah Pilu yang Menggetarkan Hati

Sebarkan artikel ini

Medan, Infobombana.id Peristiwa memilukan ini menimpa Mahesya Iskandar, bocah berusia 10 tahun, siswa kelas IV SD Yayasan Abdi Sukma Kota Medan.

Selama tiga hari berturut-turut, sejak tanggal 6 hingga 8 Januari 2025, ia harus duduk di lantai keramik kelas hanya karena menunggak uang sekolah sebesar Rp180 ribu selama tiga bulan.

Dalam rumah sempit di gang kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor, Kamelia (38), ibu Mahesya, tak kuasa menahan tangis. Air matanya tak terbendung saat mengenang anaknya diperlakukan seperti itu di depan teman-temannya.

“Seakan detak jantung saya berhenti melihat anak saya duduk di lantai seperti itu,” ungkapnya kepada sejumlah awak media di Kota Medan, sambil terisak, Jumat (10/1/2025).

Lihat Video disini

https://x.com/zoelfick/status/1877870526531793143?t=FtHPbjwgboT6gPvg05xHrg&s=19

Kamelia sempat berdebat dengan wali kelas berinisial HRYT yang memberikan hukuman. Menurut HRYT, aturan sekolah melarang siswa yang belum melunasi uang sekolah untuk mengikuti pelajaran. Namun, kepala sekolah menyatakan tidak mengetahui adanya aturan yang membolehkan siswa dihukum seperti itu.

Kamelia menjelaskan bahwa keterlambatan pembayaran terjadi karena dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) senilai Rp450 ribu belum cair. Selama ini, uang sekolah Mahesya dibayar dari dana KIP dan BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

Duduk di Lantai, Jadi Tontonan Teman Kelas

Hari pertama masuk sekolah setelah libur semester, Mahesya langsung disuruh duduk di lantai tanpa alas. Namun, ia tidak menceritakan kejadian itu kepada ibunya.

Baru pada hari ketiga, saat Kamelia hendak menggadaikan handphone demi membayar uang sekolah, Mahesya mengadu.

“Saya kira dia bercanda, tapi saat saya datang ke sekolah, kawan-kawannya menangis dan meminta saya mengambil rapor anak saya karena mereka tidak tega,” tutur Kamelia.

“Ketika saya lihat langsung, hati saya seperti hancur. Anak saya duduk di lantai tanpa daya, seperti gelandangan,” tambahnya.

Relawan Datang Membantu

Video Mahesya duduk di lantai menjadi  viral di media sosial dan menarik perhatian banyak pihak. Beberapa relawan dan donatur datang untuk membantu. Bahkan, kepala sekolah sempat mengunjungi rumah Kamelia dan memastikan uang sekolah Mahesya tidak lagi menjadi masalah.

Namun, luka batin Kamelia dan Mahesya tetap membekas. Kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya empati dalam dunia pendidikan. Bukan hanya soal aturan, tetapi bagaimana nilai-nilai kemanusiaan seharusnya tetap menjadi prioritas utama dalam mendidik generasi bangsa.

Sumber: Tribunmedan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!